Dikala Batinku Berbicara
Setelah aku menyelami semua kata-kata dalam novel ‘Edensor’,
entah kenapa aku merasa “kerdil” sekali. Tumpukan halaman-halaman tentang kisah
seorang pemuda melayu yang berani bermimpi, mengazamkan diri untuk bisa berada
di Paris, Perancis. Melanjutkan studi riset telekomunikasinya, juga hal “gila”
lainnya yaitu menjelajah dunia, merupakan salah satu yang menjadi bagian
kepingan mimpi-mimpi kecilnya.
Bertemu dengan mozaik kehidupan nya, pengalaman yang tak akan
pernah hilang dari ingatan nya. Betapa tidak hampir 42 negara telah dipijaki
pemuda berambut ikal ini. Sekali lagi semua itu sangatlah luar biasa bagiku,
apalagi semua itu tertuang dalam sebuah karya tetralogi maha dahsyat, dengan
gaya bahasa yang membuat dunia kesastraan bergeming seraya menundukan kepalanya
tanda menahan malu.
Lalu, bagaimana dengan diriku ? berimajinasi saja akan
bagaimana aku di hari esok, aku tak berani. Dengan melihat kapasitas diri yang
seperti sekarang ini, memang tak pantas rasanya aku untuk santai dan melepaskan
jatah waktuku terbang indah entah kemana. Tapi aku sadar, tidaklah seharusnya
aku merenungi semua kekelaman ini. Aku harus bangkit! Menata semuanya dan yang
terpenting, membangun keberanian tuk merangkai mimpi-mimpi kecilku. Seraya
berdo’a akan kujumpai mereka –para mimpi-mimpi itu- kelak suatu saat nanti.
Karna bermimpilah, niscaya tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.
*tulisan ini lahir karena penulis sedang tertarik dengan
dunia sastra
dan bermimpi
untuk mempunyai tumpukan karya nyata.
0 komentar:
Posting Komentar