Pages

Minggu, 25 November 2012


Lagi, Hanung Berulah !
            Setelah banyak film-film nya yang menuai kontroversi, sutradara kondang Hanung Bramantyo kembali merilis film. Parahnya film ini juga berbau kontroversi.
Film terbaru Hanung yang berjudul “Cinta Tapi Beda” ini, dinilai kembali menyinggung masalah konflik agama. Film “Cinta Tapi Beda” ini bercerita tentang dua insan yang saling jatuh cinta namun berbeda agama. Dua cinta seorang penganut katolik dan islam yang bertentangan dengan agama masing-masing.

Sebagai catatan, ini bukanlah film pertama sang sutradara yang menuai konflik. Sebelumnya film “Perempuan Berkalung Sorban” dan Tanda Tanya “?” juga telah mendapat ancaman keras dari berbagai kalangan.  Lantas apa maksud Hanung sebenarnya ?.
“Jadi kalau sampai jadi isu dan bola salju, itu sudah bukan tanggung jawab saya, kadang juga saya dicaci maki, saya cuman bisa berterimakasih saja sudah mau nonton flim saya”, ujar Hanung seperti yang dikutip Kapanlagi.com (12/11/2012).
Hebatnya, Hanung tetap bersikukuh bahwa filmnya bukanlah sebuah film kontroversial. Namun ia hanya ingin menerjemahkan sebuah potret kehidupan yang sesungguhnya ke dalam sebuah film.
Sementara itu, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Khatath mengaku apa yang sering dilakukan Hanung merupakan sebuah contoh yang tidak baik dan tidak terpuji untuk edukasi remaja muslim dan condong ingin mengarahkan penontonnya ke arah nuansa liberal.
“Meskipun  Hanung berkata dia hanya memotret kehidupan reaitas, harusnya penonton diarahkan kepada pilihan yang baik. Padahal dalam islam pernikahan beda agama itu hukumnya haram dan termasuk perzinahan karena tidak sah akad nukahnya”, jelas Khatath kepada Hidayatullah.com, Rabu (21/11/2012).
Kejadian ini seharusnya juga menjadi peringatan bagi seluruh elemen umat untuk segera membentengi diri dan keluarga dari serangan liberalism seperti ini.
Jika ditinjau lebih dalam, sebetulnya apa yang disampaikan Hanung ini mengandung buah dari paham Liberalisme dan Relativisme. Setiap karyanya kontroversialnya digugat, alasannya hanya untuk memotret fakta yang ada di masyarakat. Padahal, tidak semua potret di masyarakat harus dipublikasikan jika faktanya menyesatkan dan hanya melahirkan hal-hal tidak baik.
Sebagai contoh, jika ada sekelompok orang hobi membunuh, maksiat dan memperkosa, apakah layak diangkat menjadi sebuah karya film ?. Inilah yang seharusnya disadari oleh bangsa ini, bahwa pemikiran-pemikiran seperti inilah yang kini sedang menggerogoti dan merusak bangsa Indonesia. Lantas bagaimana bangsa ini harus bersikap ?. []

Oleh : Yahya Ghulam Nasrullah
Sekjen di LDK STAIL Hidayatullah




0 komentar:

Posting Komentar